- MILO School Competition, satu-satunya kompetisi bulutangkis antar SD dan SMP di Indonesia, telah secara konsisten selama satu dekade (10 tahun) mendukung pemasalan dan regenerasi bulutangkis
- Dengan dukungan Kementerian Pendidikan Nasional RI, serta dinas-dinas pendidikan di berbagai kota dan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), MILO School Competition (MSC) telah diikuti lebih dari 22.000 murid SD dan SMP serta menjangkau 20 kota di Indonesia. Tahun ini MSC diselenggarakan di 4 kota baru; Batam (Kepulauan Riau), Samarinda (Kaltim), Gresik (Jatim) dan Pontianak (Kalbar).
- MILO School Competition merupakan salah satu bukti komitmen jangka panjang Nestle dalam turut memajukan olahraga sebagai bagian dari gaya hidup sehat, sejalan dengan strategi Nestle dalam gizi, kesehatan dan keafiatan.
Selasa, 03 Mei 2011
MILO School Competition - Turut Majukan Bulu Tangkis Satu Dekade
Jakarta, 16 Februari 2011 – MILO School Competition, satu-satunya kompetisi bulutangkis beregu antar Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia, pada tahun 2011 ini telah memasuki satu dekade (10 tahun) penyelenggaraannya dan telah turut memberi andil dalam regenerasi atlet dan pemasalan bulutangkis di Indonesia, dengan diikuti lebih dari 22 ribu murid SD dan SMP di 20 kota Indonesia.
Tahun ini MILO School Competition kembali diselenggarakan dengan mengundang 3.500 murid SD dan SMP di lima kota; Jakarta (16-21 Februari 2011), Batam (Kepulauan Riau) (22-27 Februari), Gresik (15-20 Maret), Samarinda (28 Maret-2 April), dan Pontianak (11-16 April 2011), dengan memperebutkan Piala Taufik Hidayat sebagai piala bergilir sejak 2006, serta hadiah uang pembinaan dan hadiah mengikuti pelatihan khusus di TH (Taufik Hidayat) Training Camp, Jakarta, selama 2 minggu.
“Kami bangga dapat turut ambil bagian dalam pembinaan bulutangkis di Indonesia, sebagai salah satu cabang olahraga favorit," demikian Arshad Chaudry, Presiden Direktur PT Nestle Indonesia. “Kami percaya bahwa melalui olahraga, termasuk bulutangkis ini, anak-anak Indonesia juga sekaligus belajar nilai-nilai kehidupan seperti pantang menyerah, kerjasama tim, sportifitas dan percaya diri,” tambahnya.
Untuk Pembinaan Bulutangkis, Murid-Murid Butuh Banyak Turnamen
Ketua Bidang Kompetisi dan Perwasitan Pengurus Besar PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) Mimi Irawan mengatakan, PBSI sangat terbantu oleh MILO School Competition ini. "Kami berterima kasih kepada MILO atas dukungannya selama 10 tahun ini, karena telah turut membantu memasalkan bulutangkis dan menemukan bibit-bibit nasional. Tidak banyak turnamen untuk usia mereka, padahal mereka perlu jam terbang untuk meningkatkan kualitas permainanya.”
Sementara Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Dr. H. Taufik Yudi Mulyanto, mengatakan, “Kami memberikan apresiasi yang sangat besar kepada MILO, ini membuktikan keseriusan MILO selama satu dekade untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu melalui olah raga bulutangkis.” Taufik menambahkan turnamen ini membawa dampak yang positif dikalangan pelajar karena bisa secara berdampingan membangun prestasi intelektual dan olahraga.
Sejumlah atlet nasional yang kini berlaga di berbagai sirkuit maupun kejuaraan internasional pernah tercatat sebagai juara MILO School Competition, seperti Tommy Sugiarto (juara 2003) dan Febby Angguni (juara 2004). Tommy Sugiarto yang kini menjadi atlet profesional setelah beberapa tahun menghuni Pelatnas PBSI Cipayung mengatakan, “Saya bersyukur telah mengikuti MILO School Competition karena membantu saya beradaptasi mengikuti kompetisi sejak dini di sekolah." Sementara juara MILO School Competition 2010, Jonatan Christie, pada tahun yang sama menjuarai ANA Badminton Asia Youth U15 Championship di Chiba, Jepang.
Sementara juara dunia tunggal putra 2005, Taufik Hidayat yang juga Duta MILO School Competition mengungkapkan, selama 10 tahun MILO School Competition telah membawa banyak hal positif. “MILO School Competition sangat membantu mencari atlet bulutangkis Indonesia masa depan karena kompetisi ini memberi kesempatan kepada setiap anak, tidak hanya yang tergabung dalam klub bulutangkis,” ujar Taufik Hidayat. Menurutnya, jika tidak ada kejuaraan yang dikhususkan untuk sekolah, rasanya sulit bagi seseorang yang memiliki bakat untuk bisa mengembangkan teknik permainannya dan merasakan kerasnya berkompetisi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)






0 comments:
Posting Komentar